Senang
bisa melihat dia tersenyum lagi
Tapi
Sekarang
dia kerap meratap
Sekarang
dia sering berharap
Sekarang
dia gemar menari bersama semua keinginannya
Kuyakin
angin tak menyampaikan pesanku
Kuyakin
pula awan hanya duduk termenung menggenggam erat pesan mereka
Hanya
Azan yang terkadang bersiul sambil tersenyum simpul memberikan isyarat
Berharap
dia kan mengerti padahal dia tak ada
Kulihat
hujan sedang mengamati selembar kertas kusam
Kertas
kusam yang bertuliskan :
“Keyakinan...
Ya... yang kau perlukan hanya sedikit
keyakinan
Keyakinan bahwa kau diciptakan berbeda
Keyakinan bahwa kau diciptakan tak sama
Kau tak perlu mendambakan apa yang orang lain miliki
Layaknya tangan kanan yang tak pernah
mendambakan jam
Layaknya jempol yang tak pernah menginginkan
cincin
Kau
akan bahagia dengan apa Yang Maha Kuasa pernah janjikan pada Adam
Jadilah harapan itu sendiri
Jadilah dambaan itu sendiri
Yeah... You did
Of course... You have
Hanya
saja kau tak menyadarinya”
Kemudian
hujan menangis
Ia berlari
mengayuh kaki menuju altar
Bersimpuh
seraya berucap
“Aamiieen”
Yang Diatas
pun tersenyum
Yang Diatas
pun mengerti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar