Bulir-bulir nasi itu masih tergeletak menantang terik sang
mentari
Beralaskan nampan kecil yang ikut memuai ditampar panas
Mereka menunggu sampai tak tersisa air sedikitpun
Yang nantinya menjadi sesuatu yang amat berharga bagi kami yang
kekurangan
Tapi, lihatlah dibalik dengungan itu
Dengungan dari “si pura-pura pemerhati kami makhluk tak
mampu”
Mereka yang duduk manis diatas sana
Yang setiap hari berkecimpung dengan surga dunia yang harus
mereka pertanggung jawabkan kelak di padang panas
Mereka tertawa melihat kami menangis
Mereka marah melihat kami tersenyum
Mereka murka melihat kami banyak tahu
Mereka enggan melirik ketika kami merintih
Harusnya mereka tahu
Kami tidak membutuhkan mereka
Kami bisa hidup tanpa aturan tak tersentuh yang mereka buat
Kami bahagia tanpa janji yang mereka umbar yang bahkan
Tuhan tak pernah berpikir itu dapat terjadi
Semuanya berjalan seperti biasa
DENGAN MEREKA atau TANPA MEREKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar